Keluarga kecilku

Kamis, 10 Maret 2011

Mengajarkan anak Mengerjakan Shalat

        Siapa yang tidak  senang jika anak kita rajin shalat,  pandai melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an, memiliki kesopanan pandai dalam keilmuan dan selalu menyenangkan hati orang tuanya. Itulah gambaran sederhana kriteria anak yang sholeh dan sholehah, mungkin banyak lagi kriteria lainnya. Saya sedikit mau berbagi pengalaman mengajarkan anak kita agar sedari kecil senang melaksanakan shalat. Karena shalat itu adalah sesuatu yang fundamental dalam kehidupan kita sebagai seorang muslim. Teringat kembali pengalaman kecil saya yang waktu itu saya senang ikut orang tua(Ayah dan Ibu) ke masjid. Bukan hanya shalat magrib dan Isya saja dimana 2 waktu shalat ini seringkali lebih ramai dibanding waktu shalat lainnya. Saya waktu itu seringkali ikut shalat shubuh dimasjid sampai-sampai orang-orang tua yang ikut shalat berjama'ah dimasjid mengenal saya karena hanya saya anak kecil yang rajin hadir shalat di waktu subuh. Dalam bayangan saya sekarang ini mungkin saat itu orang tua saya sangat bangga memiliki anak yang rajin shalat. Begitupun yang sedang saya rasakan sekarang.
         Anak saya baru 2 yang tertua baru 5 tahun setengah dan yang kedua 3 tahun. Jika waktu shalat tiba dan saya mendirikan shalat saya tak lupa mengingatkan anak-anak saya untuk ikut shalat. Awalnya ada sedikit penegasan ke mereka tentang bahaya meninggalkan shalat dan terkadang ada perasaan marah kalau berkali-kali saya mengingatkan anak-anak untuk ikut shalat namun mereka tetap asyik saja dengan permainan mereka. Lalu saya menyadari bahwa mereka sebenarnya belum diwajibkan untuk mendirikan shalat sebagaimana kita orang dewasa. Karena Rasulullah memerintahkan kita mengajarkan shalat kepada anak-anak kita dikala mereka telah berusia 7 tahun dan memberikan hukuman jika meninggalkan shalat di usia 10 tahun. Saya pun tidak terlalu membebankan ke mereka, saya hanya berusaha mengajak dan mengingatkan mereka jika waktu shalat ikut shalat dan kalaupun mereka tidak ikut saya memakluminya. Ternyata sikap saya ini di luar dugaan anak-anak malah memperlihatkan sikap yang positif. Jika saya mendirikan shalat saya hanya memanggil mereka dengan menyebut nama mereka satu-satu : ' Ahmad, Umar ayo shalat, yuk kita shalat naak.. terkadang saya pun mengiming2 mereka dengan pahala yang diberikan Allah berupa syurga jika kita rajin mendirikan shalat. Lalu saya shalat sendiri, tapi ternyata mereka berlarian ikut shalat berjama'ah bersama saya, walau terkadang anak saya yang kecil masih diselingi dengan bermain, dalam hati saya  berkata 'tidak apa namanya juga anak kecil'  kadang-kadang pun si kecil tiba-tiba merengek mau pipis, namun kakaknya sepertinya paham dan ia yang menemani adiknya buang air kecil lalu mengelap dan memakaikan celana adiknya lalu mereka kembali melanjutkan kembali shalatnya bersama saya. Sudah beberapa kali anak saya yang kecil  terbangun di subuh hari lalu berkata 'umi mau shalat' lalu saya kembali bertanya 'adik umar mau shalat?' ia mengangguk. Kalau kebetulan saya belum melaksanakan shalat subuh saya ajak ia shalat berjama'ah, dan kalau saya telah usai melaksanakan shalat saya meminta mereka untuk shalat berjama'ah berdua. Saya pun dengan semangatnya memakaikan sarung dan menyediakan sajadah buat mereka karena mereka meminta dipakaikan sarung dan sajadah. Setiap selesai shalat berjama'ah saya selalu menghadirkan kecupan di kepala mereka. Karena ini sudah menjadi kebiasaan malah anak-anak yang duluan memberikan kecupan ke pipi umminya. Alhamdulillah bahagia luar biasa. Berharap kebiasaan ini terbawa hingga besar. Sebenarnya tugas kita orang tua adalah melibatkan mereka dalam rutinitas ibadah kita dan jangan bosan-bosan mengajak mereka untuk ikut shalat berjama'ah bersama. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar