Keluarga kecilku

Senin, 19 Desember 2011

aa ahmad belajar menulis

sekarang ahmad sekolah di ishama tapi sekolahnya ada lapangannya loh,  sekolahnya  tapi nggak terlalu tinggi gituloh. tapi ahmad baru mau sekolah. hari ini ahmad mau lihat sekolah nya

Rabu, 29 Juni 2011

Teruntuk aa Ahmad tersayang

Aa Ahmad sayang.. terima kasih telah banyak membantu ummi, menemani dan meringankan pekerjaan-pekerjaan ummi...ga nyangka di usiamu yang masih belia engkau seperti lebih empati membantu ummi menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan  rumah. Hari ini ummi bersyukur sekali dan terharu melihatmu. Setiap hari aa pasti membantu umi, membereskan kamar, menjemur pakaian, dan hari ini umi dikejutkan karena tiba2 aa mencuci piring tanpa umi minta sementara umi beberes kamar. Begitu juga aa sekali-kali membuang sampah ke lantai 1 jika jadwal pembuangan sampah tiba. Mengunci pintu masjid dimalam hari dan membukanya di pagi hari. Kemaren sebelum kita pergi ke rumah sakit untuk menemani umi check up, umi terharu juga melihatmu berlari ke atas lantai 5 untuk mengecek kompor apakah nyala atau tidak. Membantu melayani adik umar jika adik umar ada permintaan. Seolah-olah engkau merasakan hambatan yang ummi rasakan saat ini diusia kehamilan yang semakin besar dan hidup dinegeri rantau. Mudah-mudahan kelak engkau  tumbuh menjadi laki-laki mandiri, dewasa, sholeh,  menjadi pejuang Allah, berbakti pada umi dan abi ,,,,dan kelak berumah tangga aa Ahmad pandai menyenangkan keluarga dan meringankan pekerjaan isteri:) aamin..

Rabu, 01 Juni 2011

Mengatasi Anak Bermasalah

Setiap orangtua pasti berharap agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Betapa bahagianya apabila anaknya ketika masih bayi tidak rewel, mudah beradaptasi ketika diajak berkunjung ke rumah saudara atau kenalan, apabila disapa keluarga tersenyum atau bahkan langsung tertawa, tidak susah makan, atau tidak buang air besar dan kecil (termasuk mengompol) sembarang waktu dan tempat. Alangkah bahagianya para orangtua apabila anak-anaknya yang sudah menginjak usia sekolah dapat bersekolah dengan baik, bisa bangun pagi-pagi, tidak bermasalah dengan teman-temannya, rajin belajar, tidak suka berbohong, sopan, suka menolong, patuh kepada orangtua dan guru, apalagi rajin pula beribadah.
Namun, apabila anak tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya, susah makan, rewel, mudah memberontak, atau kalau sang anak sudah mulai besar ia suka berbohong, mencuri, menakali teman, atau malas belajar, tidak jarang orangtua kebingungan bagaimana cara mengatasinya. Ketika sekali atau dua kali orangtua menasihati anaknya dan anaknya tetap tidak berubah, tak sedikit pula orangtua yang justru memarahi anaknya, memberikan hukuman, atau bahkan memukul sang anak. Ketika keadaan sudah begini, tidak banyak dari orangtua yang bisa berpikir dengan tenang untuk mencari jawab mengapa anaknya menjadi bermasalah.
Anak bermasalah yang dimaksudkan di sini adalah anak yang mempunyai perilaku tidak sesuai dengan keinginan atau harapan orangtua yang berkesesuaian dengan nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, keluarga, atau bahkan lingkungan. Di dalam menangani anak bermasalah apakah dibenarkan melalui cara, misalnya, memarahi anak, mengurung anak, atau bahkan memukulinya? Sudah tentu, cara-cara tersebut tidak dapat dibenarkan, di samping termasuk "kejahatan terhadap anak", cara tersebut juga tidak efektif untuk mengubah perilaku anak bermasalah menjadi baik. Jika memang berubah menjadi baik, perubahan yang terjadi akan menyimpan kesan buruk dalam diri anak, atau perubahan itu tidak berlangsung lama karena tidak berangkat dari sebuah kesadaran.
Ada seorang anak yang suka mengambil uang orangtuanya secara diam-diam (mencuri) untuk tambahan jajannya atau untuk bermain game online di warnet (warung internet) dekat rumah. Pada saat orangtuanya mengetahui bahwa yang mencuri uangnya adalah anaknya sendiri, maka sang orangtua memarahi habis-habisan sang anak, bahkan memukulnya. Untuk beberapa waktu sang anak anak memang jera dan tidak mau mencuri lagi karena takut kepada orangtuanya. Namun, apakah perilaku bermasalah anaknya selesai begitu saja? Ternyata, sang anak beralih untuk mengambil uang temannya. Hal ini bisa terjadi barngkali sang anak berpikir jika mengambil uang temannya lebih aman karena temannya tidak segalak orangtuanya ketika marah.
Ada pula seorang anak yang mempunyai kebiasaan makan banyak. Orangtuanya memarahinya dengan sangat karena sang orangtua tidak menginginkan anaknya semakin bertambah berat badannya. Sang anak memang telah mengalami berat badan yang berlebih alias kegemukan. Di depan orangtua, sang anak memang makan secara normal sebagaimana kebiasaan keluarga, yakni sehari makan sebanyak tiga kali. Namun, ketika orangtuanya tidak di rumah atau ketika orangtuanya sedang tidak melihatnya, sang anak mencuri-curi makanan (di rumahnya sendiri) dengan memakanya secara cepat sebagaimana orang yang sudah tiga hari tidak makan. Hal ini dilakukan sang anak agar dapat menyelesaikan makan sesegera mungkin dan tidak ketahuan orangtuanya.
Dari dua contoh di atas, cara yang dilakukan orangtua dalam mengatasi anaknya yang bermasalah ternyata tidak efektif. Sang anak memang menuruti apa yang menjadi harapan orangtuanya, akan tetapi tidak berangkat dari kesadarannya. Sang anak berubah karena takut kepada orangtuanya yang memarahinya, membentaknya, atau bahkan memukulnya. Menurut sebagian pemahaman para orangtua kita di zaman dahulu, cara seperti ini adalah cara yang paling efektif, katanya. Tetapi, satu hal yang harus diakui, cara seperti ini akan meninggalkan kesan yang menakutkan pada diri sang anak. Bila sudah begini, ada hal yang terkebiri pada diri sang anak, baik itu potensi, kemerdekaan, atau bahkan sang anak malah belajar kekerasan dan kehilangan rasa kasih sayang dalam dirinya.
Ada tiga prasyarat yang harus dipenuhi oleh setiap orangtua agar dapat mengatasi anaknya yang sedang bermasalah secara efektif, yakni:
1. Bersikap Tenang
Orangtua yang panik atau malah kebingungan tidak akan bisa menyelesaikan masalah yang terjadi pada anaknya dengan baik. Kepanikan ini biasanya terjadi ketika sang orangtua tiba-tiba melihat sebuah kenyataan bahwa anaknya ternyata bermasalah. Sungguh, sang orangtua tidak menyangka sebelumnya akan ada kejadian yang tidak diinginkan menimpa anaknya. Di sinilah dibutuhkan ketenangan agar dapat mengurai masalah dengan baik dan mencari jalan keluarnya.

2. Berbuat Sepenuh Kasih dan Sayang
Hal yang paling penting di dalam mengatasi anak yang bermasalah adalah berbuat sepenuh kasih dan sayang. Rasa kasih dan sayang ini hendaknya mendasari setiap langkah yang ditempuh oleh orangtua dalam mengatasi anaknya yang bermasalah. Jadi, bukan karena rasa malu, demi kehormatan keluarga, apalagi didorong oleh kemarahan tertentu.

3. Memahami Anak Sebagai Pribadi yang Berkembang
Memahami anak sebagai pribadi yang berkembang yang dimaksudkan di sini adalah setiap anak mempunyai tahapan demi tahapan dalam berkembang. Sudah tentu, tahapan perkembangan anak sangat berbeda dengan cara berpikir dan memahami segala sesuatu yang dimiliki orangtuanya. Dalam hal ini, orangtua tidak bisa memaksakan kehendak terhadap anaknya agar mengikuti cara berpikir dan memahami sesuatu sebagaimana orangtuanya. Jika memang orangtuanya menghendaki sang anak melakukan apa yang menjadi harapannya hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan sang anak.
Demikianlah tiga prasyarat yang harus dimiliki orangtua ketika akan mengatasi masalah yang terjadi pada anaknya. Mengatasi masalah yang satu dengan yang lainnya tidak jarang dibutuhkan pendekatan yang berbeda karena jenis dan penyebab masalahnya pun berbeda. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi segenap orangtua agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara menyenangkan dan sesuai dengan harapan orangtua dan keluarga. []

Sumber : http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18240

Kamis, 19 Mei 2011

Lama Nggak' Ngeblog

          Alhamdulillah rabbil 'alamin, tak terasa waktu berjalan begitu cepat, rasanya belum ada pertambahan nilai yang saya peroleh selama ini, mungkin ini bentuk introspeksi buat saya agar bersemangat lagi melakukan hal yang positif dan bermanfaat untuk diri pribadi, keluarga dan orang lain. Tak terasa sudah setahun kami di negeri sakura ini, rasanya masih stagnan aja. Dan kejadian demi kejadian terjadi hanyalah dengan kehendak-Nya jua, mulai dari bertambahnya amanah yang Allah tiitpkan kepada kami, kembali saya harus mengalami keluhan2 kehamilan seperti 3 kali sebelumnya, harus bedrest, bad mood dan sebagainya. Namun alhamdulillah kami sangat bersyukur mudah2an dengan bertambahnya amanah ini juga menjadi jalan untuk bertambahnya stok pahala di akhirat nanti, aamin. Jadi memikirkan kalau banyak orang yang mengharapkan keturunan tetapi Allah belum memberikannya. Kejadian gempa dan tsunami juga menyita perhatian buat kami. Sejujurnya baru merasakan gempa yang sedasyhat ini dengan kekuatan 9 SR. Masih teringat bagaimana paniknya waktu itu, mungkin ini peringatan dan gambaran bagaimana dahsyatnya hari kiamat nanti, padahal gempa bumi hanya seberperapa kekuatan dari kejadian hari kiamat. Ya Rabb kami mohon ampuanan-Mu, kami banyak lalai. Hari ini baru membuka blog kembali ternyata sudah 2 bulan lebih ga ngeblog, baca-baca arikel yang ada yang pernah saya tulis ternyata bermanfaat minimal untuk saya pribadi, walau kemampuan menulis masih sangat minim dan mungkin tidak terstrukstur, tapi saya merasa tulisan-tulisan itu bermanfaat untuk diri saya. Ternyata menulis itu bermanfaat. Suka duka di negeri rantai telah kami lalui. Kata orang-orang sebagus-bagusnya rumah orang lebih enak di rumah sendiri. Hihi mungkin hanya berlaku untuk saya aja kali ya. Banyak hal yang bisa dikagumi  di Jepang sini, mulai dari keteraturan, kebersihan, ketenangan, kejujuran dan lain-lain. Budaya ngantri sepertinya sudah tertanam kuat, di halte, di supermarket dan fasilitas umum lainnya. Belum pernah melihat orang berdesak-desakan. Kalau soal kebersihan jangan di tanya, dijalanan jarang mendapati sampah, kalau pun ada satu dua yang mungkin tercecer. Kejujuran dan ketenangan pun juga masih sangat kuat,  belum pernah melihat ada yang kena jambret. Polusi udara dengan asap rokok pun jarang. Kalau bisa dibilang orang jepang taat aturan. Saya sendiri kadang-kadang bertanya-tanya 'kok bisa ya, ada negeri  rakyatnya bisa sepatuh itu'. Sementara di negeri sendiri sulit menemukan. Namun saya tetap kangen sama negeriku tercinta, kangen....kangen sekali:)

Kamis, 10 Maret 2011

Mengajarkan anak Mengerjakan Shalat

        Siapa yang tidak  senang jika anak kita rajin shalat,  pandai melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an, memiliki kesopanan pandai dalam keilmuan dan selalu menyenangkan hati orang tuanya. Itulah gambaran sederhana kriteria anak yang sholeh dan sholehah, mungkin banyak lagi kriteria lainnya. Saya sedikit mau berbagi pengalaman mengajarkan anak kita agar sedari kecil senang melaksanakan shalat. Karena shalat itu adalah sesuatu yang fundamental dalam kehidupan kita sebagai seorang muslim. Teringat kembali pengalaman kecil saya yang waktu itu saya senang ikut orang tua(Ayah dan Ibu) ke masjid. Bukan hanya shalat magrib dan Isya saja dimana 2 waktu shalat ini seringkali lebih ramai dibanding waktu shalat lainnya. Saya waktu itu seringkali ikut shalat shubuh dimasjid sampai-sampai orang-orang tua yang ikut shalat berjama'ah dimasjid mengenal saya karena hanya saya anak kecil yang rajin hadir shalat di waktu subuh. Dalam bayangan saya sekarang ini mungkin saat itu orang tua saya sangat bangga memiliki anak yang rajin shalat. Begitupun yang sedang saya rasakan sekarang.
         Anak saya baru 2 yang tertua baru 5 tahun setengah dan yang kedua 3 tahun. Jika waktu shalat tiba dan saya mendirikan shalat saya tak lupa mengingatkan anak-anak saya untuk ikut shalat. Awalnya ada sedikit penegasan ke mereka tentang bahaya meninggalkan shalat dan terkadang ada perasaan marah kalau berkali-kali saya mengingatkan anak-anak untuk ikut shalat namun mereka tetap asyik saja dengan permainan mereka. Lalu saya menyadari bahwa mereka sebenarnya belum diwajibkan untuk mendirikan shalat sebagaimana kita orang dewasa. Karena Rasulullah memerintahkan kita mengajarkan shalat kepada anak-anak kita dikala mereka telah berusia 7 tahun dan memberikan hukuman jika meninggalkan shalat di usia 10 tahun. Saya pun tidak terlalu membebankan ke mereka, saya hanya berusaha mengajak dan mengingatkan mereka jika waktu shalat ikut shalat dan kalaupun mereka tidak ikut saya memakluminya. Ternyata sikap saya ini di luar dugaan anak-anak malah memperlihatkan sikap yang positif. Jika saya mendirikan shalat saya hanya memanggil mereka dengan menyebut nama mereka satu-satu : ' Ahmad, Umar ayo shalat, yuk kita shalat naak.. terkadang saya pun mengiming2 mereka dengan pahala yang diberikan Allah berupa syurga jika kita rajin mendirikan shalat. Lalu saya shalat sendiri, tapi ternyata mereka berlarian ikut shalat berjama'ah bersama saya, walau terkadang anak saya yang kecil masih diselingi dengan bermain, dalam hati saya  berkata 'tidak apa namanya juga anak kecil'  kadang-kadang pun si kecil tiba-tiba merengek mau pipis, namun kakaknya sepertinya paham dan ia yang menemani adiknya buang air kecil lalu mengelap dan memakaikan celana adiknya lalu mereka kembali melanjutkan kembali shalatnya bersama saya. Sudah beberapa kali anak saya yang kecil  terbangun di subuh hari lalu berkata 'umi mau shalat' lalu saya kembali bertanya 'adik umar mau shalat?' ia mengangguk. Kalau kebetulan saya belum melaksanakan shalat subuh saya ajak ia shalat berjama'ah, dan kalau saya telah usai melaksanakan shalat saya meminta mereka untuk shalat berjama'ah berdua. Saya pun dengan semangatnya memakaikan sarung dan menyediakan sajadah buat mereka karena mereka meminta dipakaikan sarung dan sajadah. Setiap selesai shalat berjama'ah saya selalu menghadirkan kecupan di kepala mereka. Karena ini sudah menjadi kebiasaan malah anak-anak yang duluan memberikan kecupan ke pipi umminya. Alhamdulillah bahagia luar biasa. Berharap kebiasaan ini terbawa hingga besar. Sebenarnya tugas kita orang tua adalah melibatkan mereka dalam rutinitas ibadah kita dan jangan bosan-bosan mengajak mereka untuk ikut shalat berjama'ah bersama. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Kamis, 23 Desember 2010

Sop Kambing

Alhamdulillah akhirnya makan sop kambing juga. Memang lebaran idul Adha tahun ini ga sempat mencicipi daging kurban. Karena kurbannya di Indonesia orangnya di jepang. Namun tak disangka-sangka kebagian daging qurban juga di sini. Sudah lama mengharapkan makan sop kambing. Dulu pernah makan sop kambing rasanya uenak sekali pas aqiqah anak kami Umar. Waktu itu masakannya kami pesan sekalian ke tempat pemotongan hewan Aqiqah di jakarta, maklum ya karena waktu itu pas melahirkan jauh dari keluarga besar. Membayangkan kalau harus masak sendiri dalam kondisi baru aja melahirkan pasti repot. Akhirnya kami milih jadinya berupa masakan. Rasanya sangat memuaskan. Tapi resep sop kambing yang ini juga enaak lho walau ga sama dengan pas Aqiqahnya Umar.

Bahan : 
- 500 gr Daging kambing, potong dadu
- 200 gr wortel, potong bulat
- 1/2 sendok merica
- 4cm jahe, keprek.

- 100 gr bawang bombay, iris memanjang, tumis dengan sedikit minyak
- cengkeh
- pala
- kayu manis
- garam
-1/2 sdm gula pasir
- daun bawang potong-potong
- daun seledri

Cara :
1. Didihkan air, masukkan daging kambing, beserta bumbu-bumbunya garam, merica,jahe, cengkeh, pala, kayu manis, gula pasir. masak hingga empuk.
2. Masukkan potongan wortel dan  tumisan bawang bombay
3. Masak hingga matang
4. Masukkan daun bawang dan daun seledri
5.Didihkan sebentar. Angkat dan sajikan.

Cupcake Tulban


Sebenarnya cupcake ini adalah resep kue Tulban tapi saya modifikasi menjadi cupcake Tulban.

Bahan A:
10 gr ragi instan
125 cc susu hangat suam2 kuku
60 gr tepung terigu
1 sdt gula pasir
...
Bahan B :
300 gr tepung terigu
150 gr gula pasir
1/4 sdt garam
200 gr margarine
4 butir telur
keju dan wijen untuk taburan


Cara Membuat :
1. Panaskan Oven dan siapkan cetakan cup cake.
2. Campur bahan A, aduk sampai rata dan jemur di panas matahari selama 15-30 menit sampai adonan mengembang 2x besar semula.
3. Untuk bahan B : Aduk dan remas2 tepung terigu, gula, garam dan mrgarine sampai terjadi butir2 tepung yang kasar. Setelah itu masukkan telur satu persatu sambil diuleni terus.
4. Campurkan bahan A ke dalam adonan B dan uleni selama kurang lebih 10 menit atau sampai adonan licin dan lepas dari tangan.  Tutuplah adonan dengan lap basah, diamkan selama 1 jam sampai adonan mengembang 2 x besar semula. Sebelum adonan dimasukkan ke dalam loyang, pukul-pukullah dengan jari supaya mengempis kembali.
5. Masukkan adonan ke dalam cetakan cup cake hingga terisi setengahnya, taburi dengan keju dan wijen
6.. Diamkan lagi adonan dalam loyang selama 45-60 menit agar mengembang, kemudian panggang dalam oven yang sudah dipanaskan sampai 180 derajat selama kurang lebih 45 menit.
Setelah matang, keluarkan dari oven.