oleh Salwa Fattah pada 17 September 2010 jam 9:53
Kondisi dan realita yang kita hadapi ini, semakin menyadarkan kita betapa keistiqamahan dalam menjalankan syariat memerlukan mujahadah yang berlipat ganda. Dan betapa usaha untuk meng-istiqamahkan diri-diri kita, anak istri kita, keluarga kita, masyarakat kita, menjadi sebuah pekerjaan rumah yang senantiasa harus dijadikan agenda utama dan pertama. Kita tak boleh lari dari kenyataan, patah semangat, apalagi kalah sebelum bertanding. Ingat, Allah pasti akan memuliakan agama ini dengan kita atau tanpa kita. Kitalah yang butuh untuk bergabung dalam shaf-shaf orang yang beristiqomah, menjadi pejuang-pejuang Islam, menjadi ansharullah siap berkorban waktu, tenaga , harta serta seluruh hidup kita adalah lillahi wa fillah, untuk Allah dan di jalan Allah. Ketahuilah, surga yang merupakan barang dagangan Allah -sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits riwayat Tirmidzi- sangat mahal dan kita harus membelinya dengan harga yang pantas. Maka harga yang pantas untuk suatu kemuliaan adalah kemuliaan itu sendiri. Dan kemuliaan itu letaknya ada pada keistiqamahan menegakkan dienullah. Allah I berfirman:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (Qs. al-Taubah: 111).
Bagi yang telah bergabung dalam shaf-shaf perjuangan, jangan pernah merasa puas apalagi bangga dengan apa yang telah diberikan. Apa yang telah kita perbuat masih terlampau sedikit. Masih banyak agenda ummat yang perlu dibenahi dan dituntaskan. Selama fenomena kesyrikan dan kekufuran masih menjamur, selama bid’ah dan kemaksiatan bagaikan roda yang terus menggelinding, selama aliran-aliran sesat dan paham-paham menyimpang masih mendapatkan suara dan pengikut, selama tatanan kehidupan masyarakat kita yang masih dipengaruhi oleh paham kebendaan, semuanya diukur dengan harta, materialistis menjadi gaya hidup, kaum kapitalis masih kokoh menancapkan kuku-kukunya dalam sistem perekonomian kita. Selama sistem hukum masih belum bersumber kepada landasan syariat, belum berpihak kepada keadilan yang sesungguhnya. Maka selama itu pula perjuangan ini belum berhenti dan tidak boleh berhenti. Rapatkan barisan, tinggalkan perselisihan yang tidak penting, buang sifat ego dan ingin benar sendiri, hidupkan tradisi tanasuh (saling menasehati) dan ta’awun (saling menolong), apa yang telah dilakukan oleh saudara kita selama tidak bertentangan dengan syariat, mari kita terima sebagai sebuah usaha yang patut untuk disyukuri dan didukung. Allah I berfirman:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”. (Qs. al-Syura: 13)
Potongan Naskah Khutbah Seragam Idul Fitri 1431 H / 2010 M Dikeluarkan dan Direkomendasikan oleh: Dewan Syariah Wahdah Islamiyah
http://muslimahwahdahbandung.blogspot.com/2010/09/naskah-khutbah-idul-fitri-1431-h-2010-m.html
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (Qs. al-Taubah: 111).
Bagi yang telah bergabung dalam shaf-shaf perjuangan, jangan pernah merasa puas apalagi bangga dengan apa yang telah diberikan. Apa yang telah kita perbuat masih terlampau sedikit. Masih banyak agenda ummat yang perlu dibenahi dan dituntaskan. Selama fenomena kesyrikan dan kekufuran masih menjamur, selama bid’ah dan kemaksiatan bagaikan roda yang terus menggelinding, selama aliran-aliran sesat dan paham-paham menyimpang masih mendapatkan suara dan pengikut, selama tatanan kehidupan masyarakat kita yang masih dipengaruhi oleh paham kebendaan, semuanya diukur dengan harta, materialistis menjadi gaya hidup, kaum kapitalis masih kokoh menancapkan kuku-kukunya dalam sistem perekonomian kita. Selama sistem hukum masih belum bersumber kepada landasan syariat, belum berpihak kepada keadilan yang sesungguhnya. Maka selama itu pula perjuangan ini belum berhenti dan tidak boleh berhenti. Rapatkan barisan, tinggalkan perselisihan yang tidak penting, buang sifat ego dan ingin benar sendiri, hidupkan tradisi tanasuh (saling menasehati) dan ta’awun (saling menolong), apa yang telah dilakukan oleh saudara kita selama tidak bertentangan dengan syariat, mari kita terima sebagai sebuah usaha yang patut untuk disyukuri dan didukung. Allah I berfirman:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”. (Qs. al-Syura: 13)
Potongan Naskah Khutbah Seragam Idul Fitri 1431 H / 2010 M Dikeluarkan dan Direkomendasikan oleh: Dewan Syariah Wahdah Islamiyah
http://muslimahwahdahbandung.blogspot.com/2010/09/naskah-khutbah-idul-fitri-1431-h-2010-m.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar