Keluarga kecilku

Rabu, 13 Oktober 2010

Pantang Menjadi Beban



Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR
SEMOGA Allah memberi kemampuan kepada kita untuk membaca potensi yang telah Allah berikan. Menggali dan mengembangkan diri kita dengan baik sehingga hidup yang sekali-kalinya ini tidak menjadi beban bagi orang lain, bahkan hidup terhormat karena bisa meringankan beban orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah saw bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya.
Benar, bahwa dalam hidup ini kita pasti membutuhkan orang lain. Itu pasti! Tetapi menikmati hidup dengan membebani orang lain adalah hidup yang tidak mulia. Kita sepakat bahwa para peminta cenderung lebih rendah daripada para dermawan. Orang yang mau meminjam cenderung lebih rendah dibanding dengan orang yang memberi pinjaman. Orang yang berharap pertolongan kepada manusia lebih rendah posisinya dibanding dengan orang yang memiliki kemampuan menolong banyak orang.
Saudaraku, menjadi manusia yang mandiri adalah manusia yang akan memiliki harga diri. Mandiri membuat kita lebih tentram diri. Bangsa mandiri adalah bangsa yang akan punya harga diri. Dalam Alquran ditegaskan bahwa Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu gigih mengubah nasibnya sendiri. Kita tidak bisa menyalahkan orang-orang yang mengancam, memboikot, menghalangi kita. Kita diberi kemampuan oleh Allah untuk mengubah nasib kita. Berarti, kemampuan kita untuk mandiri dalam mengarungi hidup ini, merupakan kunci yang diberikan oleh Allah untuk sukses dunia dan insya Allah akhirat kelak.
Keuntungan mandiri, pertama kita akan punya wibawa sendiri. Sehebat-hebat peminta-minta pasti tidak akan berwibawa. Lihat saja, misalkan, seorang aparat yang berpenampilan gagah tapi gemar melakukan pungutan yang tidak semestinya, pasti akan jatuh wibawanya. Oleh karena itu, kalau kita ingin menjadi negeri yang memiliki harga diri kita harus menjadi negeri mandiri.
Keuntungan lainnya, seperti yang dikemukakan tadi, kita makin percaya diri dalam menghadapi hidup ini. Orang-orang yang terlatih menghadapi masalah sendiri akan berbeda semangatnya dalam mengarungi hidup ini dibanding dengan orang yang selalu bersandar kepada orang lain.
Kalau negara kita bersandar kepada lembaga-lembaga lain, maka kita harus mau mendengar mereka. Kita menjadi "tidak bebas". Ini bahaya! Dan kalau kita bersandar kepada selain Allah, kita akan takut sandarannya hilang. Maka orang-orang yang mandiri cenderung lebih tenang dan lebih tentram dalam menghadapi hidup ini. Selain dia siap mengarungi, dia juga memiliki mental yang mantap. Ingat, mandiri itu adalah sikap mental.
Banyaknya kasus korupsi di negara kita, sebenarnya mencerminkan bahwa mental miskin juga mental yang sangat tidak mandiri masih ada. Maunya bergantung kepada fasilitas, bergantung kepada kekuasaan, dan sebagainya.
Lantas, apakah langkah yang harus ditempuh untuk menjadi pribadi mandiri? Pertama, mandiri itu awalnya memang dari mental seseorang. Jadi seseorang harus memiliki tekad yang kuat untuk mandiri. "Saya harus menjadi manusia terhormat dan tidak boleh jadi benalu!"
Oleh karena itu, kita harus punya keberanian. Berani mencoba dan berani memikul risiko. Orang yang bermental mandiri tidak akan menganggap kesulitan sebagai hambatan, melainkan sebagai tantangan dan peluang. Kalau sudah dicoba, jatuh. Itu biasa. Bukankah waktu kita belajar jalan juga jatuh bangun? Justru kalau tidak berani mencoba, itulah kegagalan.
Sebenarnya, gagal adalah sebuah ongkos sukses. Gagal itu sebuah informasi menuju sukses, asal benar mengemasnya. Selanjutnya, bila ingin mandiri adalah mempertebal tingkat keyakinan kita kepada Allah. Kita harus yakin, Allah yang menciptakan kita, Allah yang memberikan rezeki kepada kita. Manusia itu tidak punya apa-apa kecuali yang Allah titipkan. Bergantung kepada manusia hanya akan menyiksa diri, karena dia juga belum tentu mampu menolong dirinya sendiri.
Saudaraku, nikmat terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita mengenal siapa Pencipta kita. Sebab puncak akhlak dan kebahagiaan hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang senantiasa berusaha untuk mengenal Allah. Orang-orang yang selalu yakin terhadap Kebesaran-Nya, Keagungan serta Kekuasaan-Nya. Sehingga dengan bekal keyakinan itu, dia senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya.
Saudaraku, ibadah adalah fondasi. Tanpa ibadah, hidup bagaikan bangunan tanpa fondasi, pasti akan roboh. Tanpa ibadah yang tangguh, sukses dunia akhirat hanyalah mimpi. Beribadah dengan benar artinya membangun fondasi yang semakin memperjelas visi hidup ini mau dibawa ke mana. Allah menciptakan dunia kemudian menciptakan makhluk. Makhluk diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, sedangkan dunia berikut isinya diciptakan hanyalah sebagai sarana agar kita bisa berkarya dan berbekal pulang untuk menghadap Allah.
Saudaraku, gelas kosong maunya diisi. Tetapi mata air melimpah bisa mengisi. Makin kosong dari harga diri, maunya dihargai. Makin melimpah kehormatan dan harga dirinya bisa menghargai. Makin miskin, diri ini ingin diberi. Makin kaya diri kita, batin kita bisa memberi. Memberi penghormatan, memberi penghargaan, memberi akhlak dan kesantunan.
Saudara-saudaraku sekalian, di antara kunci menjaga harga diri kita, marilah kita hindari merasa nikmat dengan mendapatkan sesuatu. Tapi nikmatilah diri kita ketika memberikan sesuatu. Jangan merasa kaya dengan banyak orang yang memberi, tetapi merasalah bahagia ketika kita bisa banyak memberi. Wallahualam.***
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/30/manajemen_qolbu.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar